Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai “siasat, kiat, trik atau
cara, sedangkan secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam
bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Mansyur
(1991), batasan belajar mengajar yang bersifat umum mempunyai empat dasar
strategi, yaitu :
1.
Mengindentifikasi serta menetapkan tingkah laku
dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan
perubahan zaman.
2.
Mempertimbangkan dan memilah system belajar yang
tepat untuk mencapai sasaran yang akurat.
3.
Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan
tehnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan guru dalam menunaikan kegiatan mengajar.
4.
Menetapkan norma norma dan batas minimal
keberhasilan atau criteria serta standart keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
selanjutnya dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan system instruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.
Strategi belajar
mengajar pada dasarnya memiliki implikasi sebagai berikut :
1.
Proses mengenal karateristik dasar anak didik
yang harus dicapai melalaui pembelajaran,
2.
Memilih system pendekatan belajar berdasarkan kultur,
aspirasi dan pandangan filosofis masyarakat,
3.
Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan
tehnik mengajar
4.
Menetapkan norma norma atau Kriteria Kriteria
keberhasilan belajar.
Definisi dari para ahli tentang
belajar antara lain sebagai berikut :
1.
Skinner
(dalam Barlow, 1985), mengartikan belajar sebagai suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
2.
Hilgard
& Bower dalam bukunya “Theories
of Learning” (1975) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalaman yang berulang ulang dalam
situasi tersebut.
3.
M. Sobry
Sutikno dalam bukunya “Menuju
Pendidikan Bermutu” (2004), mengartikan belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
4.
C.T.
Morgan dalam “Introduction To
Psychology” (1962) merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relative
dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang
lalu.
5.
Thursan
Hakiem dalam bukunya “Belajar Secara
Aktif” (2002), mengartikan belajar suatu
proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku.
Belajar Konsep Dan Belajar Proses
Apabila persoalan belajar keterampilan proses dikaitkan dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), maka tampak
beberapa kesamaan konseptual, baik belajar ataupun keterampilan proses,
keduanya mempunyai cirri cirri sebagai berikut :
a)
Menekankan pentingnya makna belajar untuk
mencapai hasil belajar yang memadai;
b)
Menekankan pentingnya keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran;
c)
Menekankan pentingnya bahwa belajar adalah
proses timbale balik yang dapat dicapai oleh anak didik;
d)
Menekankan hasil belajar secara tuntas dan utuh.
Konsep Mengajar
“ Mendidik bukan
hanya dengan nasehat saja, sebab yang menjadi sukses adalah memberikan contoh
dengan perbuatan yang baik, baik dengan apa yang dikatakannya. Jangan di lain
kata, lain perbuatan” (JULLY CHEUNG).
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar
menyampaikan informasi dari Guru kepada Siswa. Banyak kegiatan ataupun tindakan
harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada
seluruh siswa, Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana,
dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan
tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri (Muhammad Ali, 1992).
Hasibuan (2000) menyebutkan bahwa konsep mengajar dalam proses
perkembangannya masih dianggap sebagai sesuatu kegiatan penyampaian atau
penyerahan pengetahuan. Pandangan semacam ini masih umum digunakan di kalangan
pengajar. Hasil penelitian dan pendapat para ahli sekarang ini lebih
menyempurnakan konsep tradisional di atas.
Hakikat Proses Belajar Mengajar
Dalam seluruh proses pendidikan,
kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini
berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar
dirancang dan dijalankan secara professional.
Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan 2 pelaku aktif, yaitu
Guru dan Siswa, Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa
yang di desain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan anak
sebagai subyek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang
diciptakan guru.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pada haikatnya adalah suatu proses,
yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak
didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses
belajar. Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan bimbingan dan bantuan
kepada anak didik dalam melakukan proses belajar (Nana Sudjana, 1991)
Kegiatan belajar
mengajar memiliki cirri cirri sebagai berikut :
a)
Memiliki tujun, yaitu untuk membentuk anak dalam
suatu perkembangan tertentu,
b)
Terdapat mekanisme, prosedur, langkah langkah,
metode dan tehnik yang direncanakan dan di desain untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
c)
Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan
baik.
d)
Adanya materi yang jelas, terarah dan terencana
dengan baik.
e)
Adanya aktifitas anak didik merupakan syarat
mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
f)
Aktor guru yang cermat dan tepat
g)
Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan guru
anak didik dalam proporsi masing masing.
h)
Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
i)
Evaluasi, baik evaluasi proses ataupun evaluasi
produk.