Showing posts with label Pelajaran Sekolah. Show all posts
Showing posts with label Pelajaran Sekolah. Show all posts

11.8.13

Pengertian Konsep kekuasaan & Otoritas

Tidaklah cukup hanya mengatakan bahwa sosiologi politik adalah ilmu tentang kekuasaan. Kita harus membuat analisa tentang konsep “kekusaan”, yang sangat luas dan tidak jelas. Perbedaan yang dibuat oleh Duguit (dalam Duverger, 2002:7)  antara mereka yang memerintah dan yang diperintah tidaklah sejelas sepeti apa yang kelihatannya pertama kali didalam setiap kelompok kecil hanya orang yang berada di dasar tangga yang diperintah tanpa memerintah, dan hanya kepala negara adalah seseorang yang memerintah tanpa diperintah. Karena itu, apakah bisa kita berbicara tentang “kekuasaan”, bilamna tidak ada kesamaan didalam hubungan antar manusia, bilamana suatu individu bisa memaksakan kehendaknya kepada yang lain. Bilamana setiap hubungan yang bersifat otoritarian masuk ke dalam wilayah sosiologi politik, maka sosiologi politik menjadi seluas sosiologi. Karena itu, kita harus mendapatkan definisi yang lebih tepat dan lebih terbatas, suatu definisi yang akan membedakan kekuasaan politik dari otoritas dan jenis lain. Beberapa dasar bisa dipergunakan bagi definisi kita (Duverger, 2002:5).


Menguraikan konsep kekuasaan politik, perlu dilihat pada kedua elemennya, yakni kekuasaan dari akar kata kuasa yang berarti memimpin, memerintah, mengurus (KBBI, 2008:824).Sedangkan politiksecara etimologis, berasal dari bahasa yunani “ Polis “ yang berarti kota berstatus negara. Kuasa dan kekuasaan kerap dikaitkan dengan kemampuan untuk membuat gerak yang tanpa kehadiran kuasa (kekuasaan) tidak akan terjadi. Bila seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi sehingga berbagai badan negara yang relevan misalnya membuat aturan yang melarang atau mewajibkan suatu hal atau perkara maka mereka memunyai kekuasaan politik. Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan (authority), kemampuan untuk membuat orang lain melakukan suatu hal dengan dasar hukum atau mandat yang diperoleh dari suatu kuasa. Sedangkan kekuasaan politik, tidak berdasar dari UU tetapi harus dilakukan dalam kerangka hukum yang berlaku sehingga bisa tetap menjadi penggunaan kekuasaan yang konstitusional (Rafael, 2001).

Weber (dalam Rafael, 2001:190) mendefinisikan kekuasaan sebagai “kemungkinan bagi seseorang untuk memaksakan orang-orang lain untuk berprilaku sesusai kehendaknya”. Kekuasaan adalah salah satu jenis-jenis intreaksi sosial, namun jelas sekali adanya perbedaan-perbedaan penting diantara tipe-tipe kekuasaan yang dijalankan manusia. Menurut Weber (dalam Rafael, 2001:191) kekuasan akrab dengan istilah coercion, (paksaan). Kerap kali mereka atau seseorang menggunakan tipe kekuasaan yang memiliki pengaruh. Memperoleh pengaruh bisa didapat dari kekayaan, popularitas, daya tarik, pengetahuan, keyakinan, atau karena kualitas tertentu yang dikagumi oleh orang-orang disekitar.

Otoritas Tradisional
Pada beberapa masyarakat, orang mematuhi perintah mereka yang memegang kekuasaan karena pada dasarnya “itulah cara yang seharusnya dilakukan” dalam tradisi mereka jadi para raja, ratu, dan kepala suku tidak perlu menulis peraturan hukum untuk memerintah. Otoritas mereka didasarkan atas tradisi, adat istiadat yang sudah lama dipertahankan, dan diwariskan dari orang tua kepada anak.Yang mempertahankan otoritas ini dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Sering kali otoritas tradisional dibenarkan oleh tradisi religius. Misalnya, raja-raja Eropa abad pertengahan dikatakan memerintah berdasarkan hak ilahi. Dan para kaisar Jepang pun dipandang sebagai perwujudan dewa langit (Weber dalam Rafael, 2001:191).

Otoritas tradisional adalah otoritas di mana legitimasi sosok otoritas didasarkan sekitar kustom. Legitimasi dan kekuatan untuk kontrol diturunkan dari masa lalu dan kekuatan ini dapat dilaksanakan dengan cara yang cukup diktator. Ini adalah jenis otoritas di mana hak-hak tradisional individu yang kuat dan dominan atau kelompok yang diterima atau setidaknya tidak ditantang oleh individu bawahan. Ini bisa menjadi religius suci atau spiritual bentuk mapan dan perlahan-lahan mengubah budaya atau suku keluarga atau struktur clan jenis.

Individu yang dominan bisa menjadi imam pemimpin klan kepala keluarga atau beberapa tokoh lainnya patriarki atau elit dominan mungkin mengatur. Dalam banyak kasus otoritas tradisional didukung oleh mitos atau koneksi ke artefak suci sosial seperti salib atau bendera dan oleh struktur dan lembaga yang melestarikan otoritas ini. Secara historis otoritas tradisional telah menjadi bentuk yang paling umum di kalangan pemerintah. Contoh dari hal ini adalah raja dan ratu dalam sistem monarki Inggris yang harus milik keluarga tertentu untuk mendapatkan posisi mereka.
Otoritas tradisional sering didominasi pra-modern masyarakat. Hal ini didasarkan pada keyakinan dalam kesucian tradisi dari kemarin kekal. Karena pergeseran dalam motivasi manusia seringkali sulit bagi individu modern untuk memahami palka yang memiliki tradisi dalam masyarakat pra-modern. Menurut Weber otoritas tradisional merupakan sarana yang ketimpangan diciptakan dan dipelihara. Jika tidak ada yang menantang otoritas pemimpin tradisional atau kelompok pemimpin akan tetap dominan. Juga baginya blok otoritas tradisional pengembangan rasional-hukum bentuk otoritas sudut pandang dia sangat parsial

Otoritas Karismatik
Orang bisa juga tunduk pada kekuasaan bukan karena tradisi, melainkan karena daya tarik luar biasa dari seoarang individu, atau karena individu yang bersangkutan memiliki karisma yang luar biasa. Napoleon, Gandhi, Mao Zedong, Soekarno adalah contoh-contoh pemimpin yang memiliki legitimasi kekuasaan dari karisma-suatu kualitas personal yang luar biasa hebat, yang secara popular dihubungkan dengan Individu-individu tertentu. Para pengikut mereka mengerti pemimpin yang karismatik sebagai pribadi yang ditakdirkan memiliki visi yang luar biasa hebat, kekuasan dari seseoarang penyelamat, atau mendapat rahmat khusus dari Tuhan. Otoritas karismatik secara inheren tidak stabil, karismatik itu tak dapat ditransfer kepada orang lain. Jika suatu sistem politik didasarkan pada otoritas karismatik, maka ia akan hancur ketika pemimpinya meninggal. Sebaliknya, ia akan berlanjut melalui proses “rutinisasi”, dimana para pengikutnya beralih dari “kedekatan personal” kepada “komitmen organisasional” penghormatan dan kesetiaan pribadi mereka terhadap seorang pemimpin diganti dengan komitmen formal terhadap suatu sistem politik menurut Madsen and Snow (dalam Rafael, 2001:193).

Otoritas Karismatik ada saat kontrol orang lain didasarkan pada karakteristik pribadi seseorang seperti keahlian etis heroik atau agama yang luar biasa. Pemimpin karismatik dipatuhi karena orang merasakan ikatan emosional yang kuat bagi mereka. Hitler Gandhi Napoleon dan Julius Caesar adalah semua pemimpin karismatik. Satu-satunya dasar dari otoritas karismatik adalah pengakuan atau penerimaan klaim dari pemimpin oleh pengikut. Otoritas karismatik bisa menjadi revolusioner di alam menantang otoritas tradisional dan kadang-kadang rasional-legal. Jenis otoritas dengan mudah bisa berubah menjadi otoritas tradisional di mana kekuasaan tersebut dilakukan oleh orang-orang yang mengelilingi pemimpin karismatik.

Otoritas Karismatik adalah antitesis dari kegiatan rutin dan merupakan keinginan untuk gangguan dan perubahan tatanan sosial yang berlaku. Ini adalah bagian penting dari dialektika antara kebutuhan manusia untuk struktur dan kebutuhan sama-sama manusia untuk variasi dan inovasi dalam masyarakat. Otoritas karismatik berbeda dari otoritas rasional atau tradisional karena tidak berkembang dari perintah ditetapkan atau tradisi melainkan dari kepercayaan khusus pemimpin karismatik dalam menginduksi pengikutnya kekuatan aneh yang menunjukkan dan kualitas yang unik yang dimilikinya. Menurut Weber sulit bagi para pemimpin karismatik untuk mempertahankan otoritas mereka karena pengikut harus terus melegitimasi otoritas ini. Ada kebutuhan untuk pemimpin karismatik untuk terus menunjukkan kinerja kepemimpinan kepada para pengikutnya untuk memperkuat legitimasi kekuasaannya

Konsep karisma ini memainkan peran penting dalam analisis Weber, dengan memberikan pengertian lebih luas, yang menunjuk pada daya tarik pribadi yang ada pada orang sebagai pemimpin. Karakteristik-karakteristik pribadi yang dimilikinya memberikan inspirasi kepada orang-orang yang menjadi pengikutnya.
Jadi istilah karisma diterapkan pada suatu mutu tertentu yang terdapat pada kepribadian seseorang, yang karenanya dia terpisah dari orang biasa dan diperlakukan sebagai orang yang dianugerahi dengan kekuasaan atau mutu yang bersifat supernatural, memiliki kelebihan dari orang kebanyakan, atau sekurang-kurangnya merupakan kekecualian dalam hal-hal tertentu. Mutu seperti itu menarik para pengikut yang setia pada pemimpin karismatik secara pribadi dan yang memiliki komitmen terhadap keteraturan normatif atau moral yang ditawarkannya.

Bagi Weber, karisma merupakan satu bentuk kekuatan yang memiliki sifat memberontak kemapanan (revolutionair force). Kebalikan dari otoritas tradisional yang konservatif, kemunculan pemimpin karismatik merupakan ancaman terhadap sistem yan sudah berjalan, bahkan sistem yang dibangun secara legal-rasional, dan menuju pada perubahan yang dramatis. Perubahan yang dibawa pemimpin karismatik ini lebih ditujukan kepada pikiran dan sikap orang. Perubahan sosial yang dimotori secara karismatik tersebut dengan demikian muncul di luar kerangka kehidupan sehari-hari yang biasa, dan dalam semangatnya bertentangan dengan apa yang rutin dalam kehidupan yang biasa. Gerakan-gerakan serupa ini cenderung muncul selama krisis sosial yang besar terjadi atau selama perubahan sosial yang pesat di mana norma-norma dan pola-pola tradisional nampaknya tidak sesuai lagi dengan atau tidak jalan. Tawaran pemimpin karismatik harus dipahami dalam kerangka usahanya menentang latar belakang suatu lingkungan yang kacau dan tidak stabil. Namun demikian perubahan sosial yang ditawarkan tersebut diakui tidak selamanya stabil dan mudah berubah-ubah.
Menurut pengamatan Weber organisasi dibalik pemimpin karismatik inipun sangat rentan. Apabila pemimpinnya meninggal, cepat atau lambat dengan sendirinya organisasi akan bubar. Meskipun diperoleh pengganti yang mungkin memiliki kemiripan kualifikasi dengan pemimpin terdahulu, tetapi popularitasnya tidak akan bisa menyamai pemimpin mula-mula. Weber juga mengamati ada usaha dari staf birokrasi untuk menciptakan suatu organisasi yang lebih langgeng dengan membangun seperangkat aturan yang dapat membantu anggota-anggotanya menemukan pemimpin yang diinginkan.                  
Akan tetapi secara cepat aturan-aturan ini akan berubah menjadi tradisi, yang berarti pemimpin karismatik akan menjadi pemimpin tradisional dengan karakteristik dan dinamik  seperti yang sudah disebutkan di atas

 Otoritas Legal
Sistem-sistem politik Negara-negara industri sebagian besar didasarkan atas otoritas legal, yang oleh Weber (dalam Rafael, 2001:193) disebut juga otoritas rasional.Sistem-simtem ini memperoleh legitimasi dari seperangkat peraturan dan prosedur yang eksplisit yang menguraikan secara agak rinci hak-hak dan kewajiban-kewajiban pemerintah. Secara tipikal, peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur itu dibuat tertulis. Orang-orang menerima atau mengakui kepatuhan mereka pada “hukum”. Hukum menspesifikasi prosedur-prosedur yang memungkinkan individu-individu tertentu memegang jabatan-jabatan kekuasaan, seperti Gubenrnur atau Presiden atau Perdana Menteri.
Tetapi otoritas tetap tinggal dalam jabatan-jabatan tersebut, bukan pada individu-individu yang secara temporer memegang jabatan-jabatan yang bersangkutan.Jadi suatu sistem politik yang didasarkan pada otoritas legal sering kali disebut “pemerintahan oleh hukum, bukan pemerintahan oleh orang”. Jika para pemegang kekuasaan individual melampaui otoritas mereka, mereka bisa dipaksa meninggalkan jabatan mereka dan diganti oleh orang-orang lain. Dalam praktik, ketiga tipe otoritas ini bisa dikombinasikan Kepresidenan Amerika Serikat, misalnya, didasarkan atas otoritas legal, tetapi jabatan itu juga dapat sungguh-sungguh merupakanotoritas tradisional. Hak-hak istimewa eksklutif, yang memungkinkan seorang Presiden dapat merahasiakan dokumen-dokumen rahasia tertentu, bahkan dari Kongres, adalah kekuasaan yang diperoleh dari tradisi, bukan melalui konstitusi atau hukum. Tidak ada hukum yang menetapkan hal semacam itu di AS. Beberapa orang Presiden , seperti Abraham Lincoln dan Franklin Roosevelt juga memiliki otoritas kharismatik. Roosevelt memperoleh kursi kepresidenan melalui prinsip-prinsip legal-rasional. Ia dipilih menjadi presiden sebanyak empat periode. Dan banyak orang Amerika melihatnya sebagai seorang pemimpin yang kharismatik. Namun basis utama dari kekuasaan presiden AS adalah otoritas legal.

Bentuk otoritas ini, atau sering disebut otoritas legal-rasional dan sangat erat kaitannya dengan rasionalitas-instrumental, didasarkan pada komitmen seperangkat peraturan yang diundangkan secara resmi dan diatur secara impersonal. Orang yang melaksanakan otoritas ini karena ia memiliki suatu posisi sosial yang menurut peraturan adalah sah didefinisikan sebagai memiliki posisi otoritas tersebut. Anggota atau bawahan tunduk pada otoritas bukan karena pribadi pemimpin, tetapi karena posisi sosial yang mereka miliki itu juga didefinisikan menurut peraturan sebagai pihak yang harus tunduk dalam bidang-bidang tertentu. Posisi untuk menduduki posisi otoritas itu atau posisi bawahan juga diatur secara eksplisit oleh peraturan yang secara resmi adalah sah. Otoritas legal ini diwujudkan dalam suatu organisasi birokratis.
Menurut Weber birokrasi modern, seperti yang dilihatnya langsung dalam masyarakatnya sendiri, merupakan organisasi sosial yang paling efisien, sistematis dan dapat diramalkan. Perkembangan dunia modern salah satunya ditandai dengan semakin besarnya pengaruh birokrasi ini. Bentuk organisasi sosial birokratis, yang mencerminkan suatu tingkat rasionalitas yang tinggi, mampu berkembang pesat dengan menggeser bentuk-bentuk tradisional seperti yang akan dibahas kemudian, karena efisiensi yang ditawarkannya. Pertama, organisasi ini secara sistematis menghubungkan kepentingan individu dan tenaga pendorong dengan pelaksanaan fungsi-fungsi organisasi. Di satu sisi pelaksanaan fungsi organisasi oleh para staf telah diatur secara khsusus dan sebagai imbalannya staf memperoleh gaji dan kesempatan promosi. Kedua, dengan aturan tersebut berarti terdapat pemisahan yang tegas dan sistematis antara apa yang bersifat pribadi dengan apa yang birokratis.
Dalam melakukan analisis otoritas legal tersebut, Weber menggunakan karakteristik- karakteristik yang istimewa, yang disebutnya sebagai ideal-type atau dalam hal ini berarti ideal-typical bureaucracy . Weber membedakan antara Ideal type birokrasi dan Ideal type birokrat. Dia memberikan pemahaman tentang birokrasi sebagai suatu struktur dan birokrat sebagai suatu posisi di dalam struktur tersebut. Weber sama sekali tidak menawarkan psikologi sosial dari organisasi atau individu yang memegang jabatan birokrasi tersebut. Ideal type adalah suatu tipe organisasi. Unit-unit dasarnya adalah institusi yang diorganisir secara hirarkis melalui peraturan-peraturan, fungsi-fungsi, dokumen-dokumen yang tertulis dan dengan alat-alat yang bersifat memaksa. Dengan demikian Weber mampu menyusun Ideal type birokrasi yang berfokus pada pemikiran-pemikiran mengenai tingkah laku individu dalam birokrasi



Semoga Bermanfaat ......

20.4.13

Definisi & Konsep Persalinan


Definisi
Menurut Bobak et al (2005) persalinan yaitu proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, serta membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Persalinan atau kelahiran merupakan akhir dari kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar rahim bagi bayi baru lahir.


 Acrobatic Husband



Faktor persalinan
Proses persalinan dipengaruhi oleh lima faktor antara lain: (Bobak et al,2005)

Passenger (penumpang)
Penumpang yaitu janin dan plasenta yang berada dalam rahim. Cara penumpang atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi dari beberapa faktor antara lain ukuran kepala janin, presentasi, skap dan posis janin.

Passageaway (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, dasar panggul, vagina dan lubang luar vagina (introitus). Panggul ibu lebih berperan dalam proses persalinan sehingga janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir.

Powers (kekuatan)
Pada proses persalinan ibu harus melakukan kontraksi involunter (kekuatan primer) dan volunter (kekuatan sekunder) secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter berasal dari titik pemicu yang terdapat pada penebalan lapisan otot di segmen uterus bagian atas yang menandai akan dimulainya proses persalinan. Kekuatan primer membuat serviks menipis serta berdilatasi untuk membuat janin turun. Setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul sifat kontraksi berubah menjadi kontraksi volunteer yang berguna untuk mendorong dan memperbesar kekuatan involunter.

Position (posisi ibu)
Posisi ibu akan mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan. Posisi tegak biasanya akan memberikan keuntungan yang meliputi posisi berdiri, duduk, dan jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Kontraksi rahim akan lebih kuat dan lebh efisien untuk membantu penipisan dan dilatasi serviks.

Psychologic respons (respon psikologis)
Respon psikologis pada ibu turut berperan pada saat persalinan. Rasa kecemasan atau ketakutan yang berlebih hanya akan membuat otot-otot jalan lahir menjadi tegang, kaku, dan sulit mengembang sehingga akan mempersulit proses persalinan. Pada saat proses persalinan dibutuhkan ketenangan pada ibu agar persalinan dapat menjadi lancer tanpa hambatan yang berlebih.

Adaptasi Fisiologis Persalinan
Menurut Bobak et al (2005) pada saat persalinan dan setelah persalinan terdapat beberapa perubahan-perubahan dalam tubuh ibu antara lain:

Perubahan Kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, darah akan dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam sistem vaskuler ibu. Curah jantung akan meningkat 10% hingga 15% pada tahap pertama persalinan dan 30% hngga 50% pada tahap kedua persalinan. Kemungkinan akan terjadi perubahan tekanan darah.

Perubahan Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan akibat dari peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen. Bila terjadi hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik, hipoksia, dan hipokapnea. Kecemasan yang berlebih dapat meningkatkan pemakaian oksgen.

Perubahan Ginjal
Selama persalinan ibu dapat mengalami kesulitan berkemih secara spontan yang diakibatkan antara lain adanya edema jaringan akbat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman atau nyeri, dan sedasi.

Perubahan Integumen
Introitus vagina adapat terjadi robekan saat mengeluarkan bayi dan saat dilakukan episiotomy.

Perubahan Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal mengalami stres selama proses persalinan. Terjadi peningkatan aktivitas otot dan kemungkinan di sertai dengan peningkatan suhu, diaphoresis, dan keletihan.

Perubahan Pencernaan
Persalinan dapat mempengaruh sistem saluran cerna. Pada saat persalinan sebagai respon emosi ibu akan bernafas melalui mulut akan terjadi dehdrasi yang mengakibatkan bibir dan mulut menjadi kering. Motilitas dan absorbs saluran cerna menurun serta waktu pengosongan lambung menjadi lambat selama persalinan. Ibu dapat mengalami mual sebagai respon reflex terhadap dilatasi serviks.

Perubahan Neurologi
Selama persalinan sistem neurologi dapat muncul stres dan rasa tidak nyaman selama persalinan, pada tahun pertama rasa tidak nyaman disebabkan oleh dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia jaringan akibat deficit oksigen karena penurunan aliran darah. Dilatasi dan penipisan serviks akan menimbulkan rasa nyeri visceral yang berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung saat terjadi kontraksi. Pada tahap kedua rasa tidak nyaman terjadi saat pengeluaran bayi yang akan menimbulkan nyeri somatik pada perineum. Rasa nyeri ini muncul akibat peregangan jaringan perineum saat janin melewati perineum. Pada tahap ketiga adalah nyeri rahim yang dapat berupa nyeri local disertai kram dan sensasi robekan akibat distensi dan laserasi serviks, vagina atau jarngan perineum.

Perubahan Endokrin
Selama proses persalinan sistem endokrin akan aktif. Pada awal persalinan kadar progesteron akan mengalami penurunan namun kadar esterogen, prostaglandin, dan oksitosin akan terjadi peningkatan. Metabolism akan meningkat dan kadar glukosa darah akan menurun akibat proses persalinan.


  Cara Mudah Cari Uang di Internet  ( TANPA MODAL)  -  KLIK :
:

Definisi Dan Konsep Kehamilan


Definisi
Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa hasil konsepsi berupa janin dari pembuahan sel telur oleh sel sperma (Bobak et al, 2005)


Perubahan Fisiologis kehamilan
Menurut Bobak et al (2005) kehamilan menyebabkan banyak perubahan pada tubuh ibu hamil baik secara fisik maupun psikologis, antara lain:
1.Perubahan Fisik
2.Perubahan berat badan
Selama kehamilan seorang wanita sering mengalami peningkatan keinginan untuk makan disebabkan oleh pemindahan bahan-bahan makanan dan darah ibu ke janin dan karena faktor hormonal. Penambaha berat badan ada ibu hamil dapat mencapai hingga 37,5 kg atau lebih terutama akibat dari perut dan payudara yang bertambah besar sepanjang kehamilan.

Uterus Atau Rahim
Uterus akan terus membesar seiring dengan usia kehamilan karena pengaruh kadar estrogen dan progesterone yang mengalami peningkatan. Pembesaran uterus disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus dan serabut kolagen menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga pembesaran uterus dapat mengikuti pembesaran janin.

Payudara
Payudara akan membesar dan tegang akibat hormone somatotropin, estrogen dan progesterone akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Namun pada akhir kehamilan payudara mulai memproduksi kolostrum. Puting susu dan areola terjadi peningkatan pigmentasi sehingga tampak berwarna lebih gelap.

Peningkatan Metabolisme
Laju metabolisme basal meningkat pada bulan ke-4 BMR (Basal Metabolism Rate) meningkat 15% hingga 20% pada akhir kehamilan dan sistem endokrin juga meningkat akibat peningkatan metabolisme sehingga dapat menimbulkan rasa panas pada ibu hamil. Vasodilatasi perifer dan percepatan aktivitas kelenjar keringat membantu melepaskan kelebihan panas yang timbul. Selain itu sering menimbulkan rasa lemah dan letih yang sebagian disebabkan oleh peningkatan aktivitas metabolic.

Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output) meningkat 30% hingga 50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 16-28 minggu. Setelah mencapai kehamilan 30 minggu curah jantung menurun hingga sekitar 20% pada minggu ke-40 karena rahim yang membesar menghambat aliran balik vena ke jantung. Tekanan darah arteri (arteri brakialis) bervariasi sesuai umur, posisi maupun kecemasan ibu hamil. Pada masa kehamilan terjadi perubahan dalam komposisi darah, nilai hemoglobin dan hematokrit akan menurun pada kehamilan yang disebut dengan anemia fisiologis pada ibu hamil.

Sistem Pernafasan
Adaptasi ventilasi dan structural selama kehamilan berguna untuk menyediakan kebutuhan ibu hamil dan janin. Kebutuhan oksigen pada ibu hamil akan meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju metabolic dan peningkatan kebutuhan oksigen pada janin di dalam rahim. Ruang yang diperlukan oleh rahim yang membesar serta pembentukan hormone progesterone yang meningkat menyebabkan paru-paru berfungsi lebih. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Seiring dengan pembesaran rahim ke rongga abdomen, pernapasan dada akan menggantikan pernapasan perut serta terjadi penurunan diafragma saat inspirasi menjadi semakin sulit.

Sistem Ginjal
Kecepatan pembentukan urin pada wanita hamil biasanya sedikit meningkat karena peningkatan beban produsksi eksresi. Disamping itu terjadi beberapa perubahan struktur dan fungs urinaria antara lain disebabkan oleh perubahan hormonal, peningkatan volume darah, pembesaran uterus dan sebagainya. Selama kehamilan ginjal akan bekerja lebih berat dari biasanya, kebutuhan volume cairan intravaskuler dan intravascular meningkat. Perubahan fungsi ginjal sebanyak 50% akibat peningkatan produksi hormone steroid oleh plasenta dan korteks adrenal. Akumulasi cairan di tungkai bawah atau disebut edema fisiologis pada tahap lanjut kehamilan dapat menurunkan aliran darah ginjal dan laju GFR (Glomerular Filtration Rate).

Sistem Pencernaan
Pada trimester pertama sering terjadi penurunan nafsu makan karena nausea (morning sickness) yang diakibatkan perubahan saluran cerna dan peningkatan hormone HCG (). Pada trimester kedua nausea lebih jarang terjadi dan nafsu makan akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin di dalam rahim. Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus bagian bawah dapat menyebabkan konstipasi. Konstipasi semakin berat karena gerakan otot peristaltik di dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesterone. Peningkatan produksi esterogen menyebabkan penurunan sekresi asam hidroklorida (asam lambung).

Sistem Integumen
Pada masa kehamilan terjadi perubahan dalam sistem integument yang disebabkan perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis. Pada kondisi hamil jaringan elastic kulit akan mudah pecah yang mengakibatkan timbulnya striae gravidarum atau tanda regangan yang disebabkan kerja adenokortikosteroid. Selain itu biasanya akan terjadi peningkatan respon alergi kulit. Hiperpigmentasi timbul akibat peningkatan hormon hipofisis anterior melanotropin selama kehamilan. Peningkatan pigmentasi terjadi di kulit wajah (kloasma), sekeliling putting susu, areola, aksila dan vulva. Selain itu terdapat linea nigra yang merupakan garis pigmentasi dari simfisi pubis hingga ke bagian atas fundus uteri di garis tengah tubuh dan akan terus memanjang seiring dengan tingginya fundus uteri.

Sistem Muskuloskeletal
Seiring dengan usia kehamilan akan terjadi perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat tubuh ibu hamil akan menyebabkan postur dan cara pergerakan terutama berjalan akan berubah. Perubahan muskuloskeletal sering menimbulkan rasa tidak nyaman pada ibu hamil. Peningkatan distensi abdomen akan membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus otot perut, dan peningkatan beban berat pada akhir kehamilan. Struktur ligamentum dan otot tulang belakang bagian tengah dan bawah mendapat tekanan berat. Hal ini sering menimbulkan keluhan seperti nyeri punggung pada ibu hamil


Cara Mudah Cari Uang di Internet  ( TANPA MODAL)  -  KLIK :

18.4.13

Definisi Dan Konsep Kecemasan Pada Ibu Hamil


Defisi Kecemasan
Kecemasan atau ansietas adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan takut atau khawatir yang mendalam dan berkelanjutan namun tetap realistis, kepribadian tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas normal (Hawari, 2008). Kecemasan merupakan respon emosional dan efek negatif dari stress. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya atau ancaman sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai (Alwisol, 2004)

Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart (2007), ada 4 tingkat kecemasan atau rentang respon kecemasan yaitu :

Kecemasan Ringan
Suatu kecemasan yang masih ringan dan merupakan hal yang masih sehat dan wajar karena hal ini merupakan tanda keadaan jiwa dan tubuh manusia agar dapat mempertahankan diri dan lingkungan yang selalu berubah. Tingkat kecemasan ini umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan kondisi ini membantu individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsi.

Kecemasan Sedang Atau Moderate
Suatu kemampuan yang menyempit terjadi gangguan dan hambatan dalam mempertahankan maupun memperbaiki dirinya. Pada tingkat kecemasan ini individu lebih cenderung untuk memfokuskan terhadap hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain yang dianggap tidak penting sehingga mempersempit jalan persepsi individu tersebut. Diperlukan suatu pengarahan sehingga individu tidak mengalami perhatian yang selektif.

Kecemasan Berat
Pada cemas berat dapat mengurangi jalan persepsi individu dimana terdapat perasaan canggung dan kurang konsentrasi terhadap waktu atau perhatian, persepsi cenderung menurun serta kesulitan berkomunikasi. Pada tingkat kecemasan ini individu cenderung memusatkan pada hal lain seluruh perilaku individu tersebut hanya ditujukan untuk mengurangi rasa cemas sehingga memerlukan banyak pengarahan. Seluruh perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.

Kecemasan Sangat Berat Atau Panik
Individu cenderung sangat kacau sehingga dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Individu tidak mampu bertindak, berkomunikasi dan berfungsi secara aktif. Pada tingkat kecemasan ini mengancam pengendalian diri karena indivdu tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Berhubungan dengan kehilangan kontrol, kekuatan, dan terror. Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan walaupun dengan pengarahan karena kehilangan kendali. Pada keadaan panik akan terjadi peningkatan aktivitas motork, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menympang dan kehilangan pemikran yang rasional.

Mekanisme kecemasan
Rasa cemas merupakan respon dan efek negatif dari stress. Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi kecemasan merupakan stresor  yang dapat menurunkan sistem imunitas tubuh. Saat mengalami stres atau kecemasan yang berlebih, otak akan menstimulasi HPA-axis di korteks serebri yang akan mempengaruhi hipotalamus untuk mensekresikan CRF (corticotrophin releasing hormone). Selanjutnya hipotalamus akan memacu hipofisis anterior untuk memproduksi ACTH (adrenocorticotrophic hormone). Kemudian ACTH akan merangsang korteks adrenal untuk melepaskan hormon kortisol (hormon stress). Hormone kortisol dalam jumlah tinggi didalam aliran darah akan membuat produksi hormon di dalam tubuh menjadi tidak seimbang yang akan menekan sistem imun tubuh dan menimbulkan respon cemas maupun stress (Guyton & Hall, 1997). Mekansme respon tubuh terhadap cemas diawali dengan adanya rangsang yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh individu sendiri yang akan diteruskan pada sistem limbik sebagai pusat pengatur adaptasi (Amir, 2005). Dari sistem limbik akan diteruskan menuju amigdala dan hippocampus sebagai pusat pengatur emosi dan perasaan memori. Selanjutnya terjadi learning process individu akan bereaksi secara adaptif atau maladaptive sesuai dengan mekanisme koping yang dimiliki.

Penyebab Kecemasan
Menurut Stuart (2007) kecemasan disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
1.Faktor predisposisi
2.Teori psikoanalisis

Kecemasan dapat berasal dari dalam maupun luar dan muncul secara otomatis bila ndividu menerma stimulus atau rangsangan yang berlebihan dimana individu tersebut memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menanganinya. Kecemasan berfungsi untuk meningkatkan ego bahwa akaN ada bahaya.

Teori Interpersonal
Kecemasan muncul akibat penolakan dan ketakutan atau ketidakmampuan individu untuk berhubungan secara interpersonal. Hubungan interpersonal dini secara langsung dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri dan harga diri. Kecemasan berhubungan dengan perkembangan trauma dan individu yang memiliki harga diri rendah akan rentan mengalami kecemasan berat.

Teori Perilaku
Kecemasan diakibatkan oleh suatu rasa frustasi yang mempengaruhi kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang dinginkan. Bila ndividu sejak kecil sering dharapkan pada rasa takut yang berlebih maka saat dewasa lebih sering mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Kecemasan dan konflik memiliki hubungan timbale balik. Konflk akan menimbulkan kecemasan sebaliknya kecemasan akan menimbulkan perasaan tdak berdaya selanjutnya akan meningkatkan konflik yang dirasakan.

Teori Kekeluargaan
Teori ini menunjukkan pola interaksi yang terjadi dalam keluarga. Tiap keluarga selalu memilki kecemasan dan merupakan suatu hal yang umum dan mempunya sifat heterogen. Kecemasan yang terjadi menunjukkan pola interkasi yang tidak adaptifd dalam keluarga tersebut.

Teori Biologi
Pada otak terdapat reseptor spesifik untuk benzodiasen yaitu obat yang berguna untuk meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutrat (GABA) yang mengatur timbulnya suatu kecemasan. Kecemasan mungkin akan disertai dengan gangguan fisik dan menurunkan kemampuan individu mengatasi stresor baik dalam maupun dari luar.

Faktor Presipitasi :
Ancaman Terhadap Integritas Fisik
Hal ini dapat disebabkan oleh dua sumber yatu sumber eksternal dan internal. Sumber eksternal sendiri yaitu infeksi virus, bakteri, populasi lingkungan serta ancaman keselamatan dan injuri. Sedangkan sumber internal dapat bersumber dari kegagalan mekanisme fisik individu seperti sistem imun, jantung, maupun perubahan biologis sepert kehamilan.

Ancaman Terhadap Self Esteem (Sistem Diri)
Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terntegrasi pada individu yang bersumber baik dari sumber eksternal maupun internal. Sumber eksternal berasal dari kehilangan pasangan, orang tua, teman dekat, perceraian perubahan dalam status pekerjaan, tekanan sosial hngga kematian. Sedangkan sumber internal yatu kesulitan dalam hubungan interpersonal, menerima suatu peran baru misalnya peran sebagai orang tua, istri, dan sebagainya.

Mekanisme Koping Kecemasan
Individu akan menggunakan mekanisme koping untuk mengatasi atau menurunkan kecemasannya. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan akan menyebabkan perilaku yang patologis dan kecemasan akan semakin meningkat. Pada tingkat kecemasan ringan biasanya dapat diatasi dengan lebih mudah. Namun pada tingkat sedang, berat, dan panic maka ancaman terhadap ego akan semakin besar. Dalam mengatasi kecemasan individu dapat menggerakkan sumber koping yang berada pada lngkungannya. Sumber koping tersebut dapat berupa modal ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya yang dapat membantu indvidu untuk mengadopsi strategi koping yang berhasil. Sehingga dari respon psikologis yang positif diharapkan dapat memilik koping yang konstruktif sehingga dapat mengurangi kecemasan. Terdapat dua jenis mekanisme koping pada tingkat kecemasan yaitu (Stuart, 2007):

Reaksi yang berorientasi pada tugas yang merupakan upaya yang disadari serta berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi kecemasan secara realistis. Reaksi ini meliputi tiga cara yaitu:

Perilaku menyerang : yaitu perilaku yang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan individu. Reaksi ini memunculkan perilaku konstruktif dan destruktif. Perilaku konstruktif dapat berhasil menyelesaikan masalah namun perilaku destruktif ditunjukkan dengan perilaku negative atau agresif sehingga dapat mengancam atau menunggu hak orang lain.

Perilaku menarik diri : yaitu perilaku yang digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber ancaman baik secara fisik maupun psikis.

Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan oleh ndividu tersebut dengan mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal. Koping ini bersifat konstruktif dimana diharapkan akan dapat menurunkan atau mengatasi kecemasan.

Mekanisme pertahanan ego yang membantu mengatasi kecemasan rngan dan sedang. Mekanisme ini berlangsung secara relative pada tingkat tidak sadar yang mencakup penipuan diri dan distorsi realitas. Selain itu mekanisme ini dapat menjadi respon maladaptif terhadap kecemasan atau stres.

Respon Tubuh Terhadap Kecemasan
Respon tubuh terhadap kecemasan pada setiap individu tidaklah selalu sama, namun dapat dideteksi melalui perilaku yang dimunculkan oleh individu tersebut. Respon tubuh bermacam-macam melalui dari tingkat ringan hingga berat yang dapat mengganggu homeostasis tubuh sehingga individu berespon negatif. Kecemasan dapat menimbulkan berbagai macam respon fisiologis pada tubuh antara lain sistem tubuh, perilaku, dan afektif :

Respon fisiologis tubuh terhadap kecemasan (Stuart, 2007)

KARDIOVASKULER :
Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat atau menurun, rasa ingin pingsan, denyut nadi menurun.

PERNAPASAN :
Napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal, sensasi tercekik, terengah-engah

NEUROMUSKULAR :
Refleks meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai lemah, gerakan yang janggal

GASTROINTESTNAL :
Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual muntah, nyeri ulu hati, diare

PERKEMIHAN  :
Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.

INTEGUMENT :
Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan) atau seluruh tubuh, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat.

PERILAKU :
Gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal atau dari masalah, sangat waspada, cenderung mengalami cedera.

KOGNITIF :
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk atau menurun, mudah lupa, hambatan berfikir, jalan persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, takut kehilangan kendali, kehlangan bjektivitas, mimpi buruk.

AFEKTIF :
Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, khawatir, cemas, rasa bersalah, malu.


Penilaian Tingkat Kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan individu apakah termasuk tingkat ringan, sedang atau berat dapat menggunakan beberapa alat ukur atau instrument yang biasa digunakan, antara lain:
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya gejala pada individu dewasa yang mengalami kecemasan secara umum. Skala tingkat kecemasan HARS mengukur aspek kognitif dan afektif serta mengetahui sejauh mana derajat atau tingkat kecemasan individu (Hawari, 2008). Pengukuran HARS terdiri dari 14 kelompok gejala:

PERASAAN CEMAS : Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

KETEGANGAN : Merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak dapat istirahat dengan nyenyak, mudah menangis, gemetar, gelisah.

KETAKUTAN : Pada gelap, ditinggal sendiri, pada orang asing, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, pada kerumunan banyak orang.

GANGGUAN TIDUR : Sukar memulai tidur, terbangun malam hari, tidak pulas, mimpi buruk, mimi yang menakutkan.

GANGGUAN KECERDASAN : Daya ingat buruk, sulit berkonsentrasi, sering bingung.

PERASAAN DEPRESI : Kehilangan minat, sedih, terbangun dini hari, berkurangnya kesukaan pada hobi, perasaan beru-ubah sepanjang hari.

GEJALA SOMATIK ATAU FISIK (OTOT-OTOT) : Nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi gemeretak, suara tidak stabil.

GEJALA SENSORIK : Telinga berdengung, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan seperti ditusuk-tusuk.

GEJALA KARDIOVASKULER : Denyut nadi cepat, berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti ingin pingsan, detak jantung hilang sekejap

GEJALA PERNAPASAN : Rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek/sesak, sering menarik nafas panjang

GEJALA GASTROINTESTINAL : Sulit menelan, mual muntah, berat badan menurun, konstipasi atau sulit buang air besar, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, rasa panas di perut, perut terasa penuh atau kembung.

GEJALA UROGENITALIA : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, amenorea atau menstruasi tidak teratur, frigiditas.

GEJALA VEGETATIVE ATAU OTONOM : mulut kering, muka kering, mudah berkeringat, pusing atau sakit kepala, bulu roma berdiri.

PERILAKU : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi muka tegang, tonus atau ketegangan otot meningkat, napas pendek dan cepat, muka merah.


  Cara Mudah Cari Uang di Internet KLIK 

15.4.13

Fungsi Menyatakan Dalam Bahasa dan Penuturan


Fungsi menyatakan di dalam kajian gramatika dilakukan dalam bentuk kalimat deklaratif, yakni kalimat yang hanya menyampaikan berita atau kabar tentang keadaan di sekeliling penutur. Dengan tuturan dalam kalimat deklaratif ini penutur tidak mengharapkan adanya komentar dad lawan tutur; juga memang tidak ada kewajiban lawan tutur untuk mengomentarinya. Namun, bukan berarti lawan tutur tidak boleh mengomentarinya. Komentar bisa saja disampaikan sehubungan dengan informasi tuturan yang disampaikan penutur. Simak tuturan (1) berikut yang dilontarkan penutur (A) dan kemungkinan komentar yang dikeluarkan oleh lawan tutur.

( 1 )                                   
A         : Tetangga kita yang baru itu kemarin ditangkap KPK
B       : (tidak ada komentar)
  -He, kenapa?
  -Yang mobilnya suka gonta-ganti itu?
  -Wah, dia kan orang baik, suka menyumbang.
  -Apa salahnya, ya?
 - Dia kan kerja di kantor pajak.
Komentar lawan tutur bisa bermacam-macam sesuai dengan pengetahuan lawan tutur berkenaan dengan tuturan penutur. Adakah relevansi antara ujaran penutur dengan komentar lawan tutur yang berbunyi " Dia kan kerja di kantor pajak". Yang mengikuti berita tentang kejadian dalam masyarakat kita pada awal tahun 2010 tentu mengerti. Relevansinya adalah banyaknya pegawai pajak yang terlibat dalam tindakan menggelapkan pajak.
Dilihat dari maksud tuturannya, fungsi menyatakan ini digunakan untuk beberapa keperluan: pertama, untuk menyatakan atau menyampaikan informasi faktual saja; kedua, untuk menyatakan keputusan atau penilaian; ketiga, untuk menyatakan ucapan selamat atau ucapan duka kepada lawan tutur; dan keempat, untuk menyatakan perjanjian, peringatan atau nasihat. Kesantunan tuturan dalam fungsi untuk menyatakan ini lebih banyak menggunakan kata yang bernilai santun What kembali 2.2).

Menyatakan Informasi
Tuturan dengan fungsi menyatakan informasi keadaan sekitar penutur dilakukan dengan menggunakan kalimat bermodus deklaratif yang santun yang menaati atau mematuhi maksim-maksim kesopanan dari Leech atau pedoman kesantunan dari Pranowo (lihat kembali subbab 4.1) didukung oleh penggunaan kata yang santun. Simak deretan pertuturan (2) berikut yang disusun dari yang tidak santun sampai yang santun.

( 2 )                                   
Komjen Susno Duaji dicopot.
Komjen Susno Duaji diberhentikan.
Komjen Susno Duaji dinonaktifkan.
Komjen Susno Duaji diminta mengundurkan diri.
Komjen Susno Duaji dihimbau untuk mengundurkan diri.

Kesantunan pada pertuturan di alas dilakukan dengan menggunakan pilihan kata atau ungkapan yang santun. Simak deretan tuturan (3) berikut yang disusun dari yang tidak santun sampai pada yang santun.

( 3 )                                   
Dari Bandana dia digelandang ke Mabes Polri.
Dari Bandana dia digiring ke Mabes Polri.
Dari Bandara beliau dibawa ke Mabes Polri.
Dari Bandana beliau diajak ke Mabes Polri
Dari Bandana beliau diminta ikut ke Mabes Polri.
Dari Bandara beliau disarankan untuk ikut ke Mabes

Menyatakan Perjanjian
Tuturan dengan fungsi menyatakan perjanjian atau peringatan dilakukan dengan menggunakan kalimat bermodus deklaratif yang santun yang menaati atau mematuhi maksim-maksim dari Leech atau pedoman kesantunan dari Pranowo, didukung oleh penggunaan kata yang santun. Simak deretan tuturan (4) dan (5) yang disusun dari yang tidak santun sampai pada yang santun.

(4)                 
Besok kita bicarakan lagi masalah ini.
Besok kita harus bicarakan lagi masalah ini.
Sebaiknya, besok kita bicarakan lagi masalah ini.
Kalau mungkin besok kita bicarakan lagi masalah ini.
Kalau Anda tidak berkeberatan besok kita bicarakan lagi masalah ini.

(5)
Anda tentu mau menerima keputusan ini.
Anda sebaiknya menerima keputusan ini.
Saya kira Anda tentu mau menerima keputusan ini. - Kalau tidak berkeberatan tentu Anda mau menerima keputusan ini.

Menyatakan Keputusan
Tuturan dengan, fungsi menyatakan keputusan atau penilaian dilakukan dengan menggunakan kalimat bermodus deklaratif yang santun yang menaati atau mematuhi maksim-maksim dari Leech atau pedoman kesantunan dari Pranowo, didukung oleh penggunaan kata yang santun. Simak deretan tuturan (6) dan (7) yang disusun semakin ke bawah semakin santun.

(6)
Hubungan kita putus sampai di sini saja
Sebaiknya hubungan kita putus sampai di sini saja
Tak ada alasan untuk meneruskan hubungan kita.
Saya kira tak ada alasan lagi untuk melanjutkan hubungan kita.

(7)
Sayur ini kurang garam.
Rasanya sayur ini kurang garam.
Setelah dicicipi rasanya sayur ini kurang garam.
Sebaiknya sayur ini diberi garam lagi sedikit.


Cara Mudah Cari Uang di Internet, KLIK :

Apa Yang Anda Cari ?