Defisi
Kecemasan
Kecemasan atau ansietas adalah
gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan takut atau
khawatir yang mendalam dan berkelanjutan namun tetap realistis, kepribadian
tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas normal (Hawari,
2008). Kecemasan merupakan respon emosional dan efek negatif dari stress.
Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan
datangnya suatu bahaya atau ancaman sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif
yang sesuai (Alwisol, 2004)
Tingkat
Kecemasan
Menurut Stuart (2007), ada 4 tingkat
kecemasan atau rentang respon kecemasan yaitu :
Kecemasan
Ringan
Suatu kecemasan yang masih ringan dan
merupakan hal yang masih sehat dan wajar karena hal ini merupakan tanda keadaan
jiwa dan tubuh manusia agar dapat mempertahankan diri dan lingkungan yang
selalu berubah. Tingkat kecemasan ini umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari
dan kondisi ini membantu individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang
persepsi.
Kecemasan
Sedang Atau Moderate
Suatu kemampuan yang menyempit terjadi
gangguan dan hambatan dalam mempertahankan maupun memperbaiki dirinya. Pada
tingkat kecemasan ini individu lebih cenderung untuk memfokuskan terhadap hal
yang penting dan mengesampingkan hal yang lain yang dianggap tidak penting
sehingga mempersempit jalan persepsi individu tersebut. Diperlukan suatu
pengarahan sehingga individu tidak mengalami perhatian yang selektif.
Kecemasan
Berat
Pada cemas berat dapat mengurangi
jalan persepsi individu dimana terdapat perasaan canggung dan kurang
konsentrasi terhadap waktu atau perhatian, persepsi cenderung menurun serta
kesulitan berkomunikasi. Pada tingkat kecemasan ini individu cenderung
memusatkan pada hal lain seluruh perilaku individu tersebut hanya ditujukan
untuk mengurangi rasa cemas sehingga memerlukan banyak pengarahan. Seluruh
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Kecemasan
Sangat Berat Atau Panik
Individu cenderung sangat kacau
sehingga dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Individu tidak
mampu bertindak, berkomunikasi dan berfungsi secara aktif. Pada tingkat
kecemasan ini mengancam pengendalian diri karena indivdu tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan. Berhubungan dengan kehilangan kontrol,
kekuatan, dan terror. Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan
walaupun dengan pengarahan karena kehilangan kendali. Pada keadaan panik akan
terjadi peningkatan aktivitas motork, menurunnya kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menympang dan kehilangan pemikran yang
rasional.
Mekanisme kecemasan
Rasa
cemas merupakan respon dan efek negatif dari stress. Berdasarkan konsep
psikoneuroimunologi kecemasan merupakan stresor
yang dapat menurunkan sistem imunitas tubuh. Saat mengalami stres atau
kecemasan yang berlebih, otak akan menstimulasi HPA-axis di korteks serebri yang
akan mempengaruhi hipotalamus untuk mensekresikan CRF (corticotrophin releasing hormone). Selanjutnya hipotalamus akan
memacu hipofisis anterior untuk memproduksi ACTH (adrenocorticotrophic hormone). Kemudian ACTH akan merangsang
korteks adrenal untuk melepaskan hormon kortisol (hormon stress). Hormone
kortisol dalam jumlah tinggi didalam aliran darah akan membuat produksi hormon
di dalam tubuh menjadi tidak seimbang yang akan menekan sistem imun tubuh dan
menimbulkan respon cemas maupun stress (Guyton & Hall, 1997). Mekansme
respon tubuh terhadap cemas diawali dengan adanya rangsang yang berasal dari
luar maupun dari dalam tubuh individu sendiri yang akan diteruskan pada sistem
limbik sebagai pusat pengatur adaptasi (Amir, 2005). Dari sistem limbik akan
diteruskan menuju amigdala dan hippocampus sebagai pusat pengatur emosi
dan perasaan memori. Selanjutnya terjadi learning
process individu akan bereaksi secara adaptif atau maladaptive sesuai
dengan mekanisme koping yang dimiliki.
Penyebab
Kecemasan
Menurut Stuart (2007) kecemasan
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
1.Faktor predisposisi
2.Teori psikoanalisis
Kecemasan dapat berasal dari dalam
maupun luar dan muncul secara otomatis bila ndividu menerma stimulus atau
rangsangan yang berlebihan dimana individu tersebut memiliki kemampuan untuk
menghadapi dan menanganinya. Kecemasan berfungsi untuk meningkatkan ego bahwa
akaN ada bahaya.
Teori
Interpersonal
Kecemasan muncul akibat penolakan dan
ketakutan atau ketidakmampuan individu untuk berhubungan secara interpersonal.
Hubungan interpersonal dini secara langsung dapat mempengaruhi perkembangan
konsep diri dan harga diri. Kecemasan berhubungan dengan perkembangan trauma
dan individu yang memiliki harga diri rendah akan rentan mengalami kecemasan
berat.
Teori
Perilaku
Kecemasan diakibatkan oleh suatu rasa
frustasi yang mempengaruhi kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
dinginkan. Bila ndividu sejak kecil sering dharapkan pada rasa takut yang
berlebih maka saat dewasa lebih sering mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan
pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Kecemasan dan konflik
memiliki hubungan timbale balik. Konflk akan menimbulkan kecemasan sebaliknya
kecemasan akan menimbulkan perasaan tdak berdaya selanjutnya akan meningkatkan
konflik yang dirasakan.
Teori
Kekeluargaan
Teori ini menunjukkan pola interaksi
yang terjadi dalam keluarga. Tiap keluarga selalu memilki kecemasan dan
merupakan suatu hal yang umum dan mempunya sifat heterogen. Kecemasan yang
terjadi menunjukkan pola interkasi yang tidak adaptifd dalam keluarga tersebut.
Teori
Biologi
Pada otak terdapat reseptor spesifik
untuk benzodiasen yaitu obat yang berguna untuk meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam gama-aminobutrat (GABA) yang mengatur timbulnya suatu kecemasan.
Kecemasan mungkin akan disertai dengan gangguan fisik dan menurunkan kemampuan
individu mengatasi stresor baik dalam maupun dari luar.
Faktor
Presipitasi :
Ancaman
Terhadap Integritas Fisik
Hal ini dapat disebabkan oleh dua
sumber yatu sumber eksternal dan internal. Sumber eksternal sendiri yaitu
infeksi virus, bakteri, populasi lingkungan serta ancaman keselamatan dan
injuri. Sedangkan sumber internal dapat bersumber dari kegagalan mekanisme
fisik individu seperti sistem imun, jantung, maupun perubahan biologis sepert
kehamilan.
Ancaman
Terhadap Self Esteem (Sistem Diri)
Ancaman terhadap sistem diri dapat
membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terntegrasi pada
individu yang bersumber baik dari sumber eksternal maupun internal. Sumber
eksternal berasal dari kehilangan pasangan, orang tua, teman dekat, perceraian
perubahan dalam status pekerjaan, tekanan sosial hngga kematian. Sedangkan
sumber internal yatu kesulitan dalam hubungan interpersonal, menerima suatu
peran baru misalnya peran sebagai orang tua, istri, dan sebagainya.
Mekanisme
Koping Kecemasan
Individu akan
menggunakan mekanisme koping untuk mengatasi atau menurunkan kecemasannya.
Ketidakmampuan mengatasi kecemasan akan menyebabkan perilaku yang patologis dan
kecemasan akan semakin meningkat. Pada tingkat kecemasan ringan biasanya dapat
diatasi dengan lebih mudah. Namun pada tingkat sedang, berat, dan panic maka
ancaman terhadap ego akan semakin besar. Dalam mengatasi kecemasan individu
dapat menggerakkan sumber koping yang berada pada lngkungannya. Sumber koping
tersebut dapat berupa modal ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, dukungan
sosial dan keyakinan budaya yang dapat membantu indvidu untuk mengadopsi
strategi koping yang berhasil. Sehingga dari respon psikologis yang positif
diharapkan dapat memilik koping yang konstruktif sehingga dapat mengurangi
kecemasan. Terdapat dua jenis mekanisme koping pada tingkat kecemasan yaitu
(Stuart, 2007):
Reaksi yang berorientasi pada tugas
yang merupakan upaya yang disadari serta berorientasi pada tindakan untuk memenuhi
tuntutan situasi kecemasan secara realistis. Reaksi ini meliputi tiga cara
yaitu:
Perilaku menyerang : yaitu perilaku yang
digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan
individu. Reaksi ini memunculkan perilaku konstruktif dan destruktif. Perilaku
konstruktif dapat berhasil menyelesaikan masalah namun perilaku destruktif
ditunjukkan dengan perilaku negative atau agresif sehingga dapat mengancam atau
menunggu hak orang lain.
Perilaku menarik diri : yaitu perilaku
yang digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber ancaman baik secara fisik
maupun psikis.
Perilaku kompromi digunakan untuk
mengubah cara yang biasa dilakukan oleh ndividu tersebut dengan mengganti
tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal. Koping ini bersifat konstruktif
dimana diharapkan akan dapat menurunkan atau mengatasi kecemasan.
Mekanisme pertahanan ego yang membantu
mengatasi kecemasan rngan dan sedang. Mekanisme ini berlangsung secara relative
pada tingkat tidak sadar yang mencakup penipuan diri dan distorsi realitas.
Selain itu mekanisme ini dapat menjadi respon maladaptif terhadap kecemasan
atau stres.
Respon
Tubuh Terhadap Kecemasan
Respon tubuh terhadap kecemasan pada
setiap individu tidaklah selalu sama, namun dapat dideteksi melalui perilaku
yang dimunculkan oleh individu tersebut. Respon tubuh bermacam-macam melalui
dari tingkat ringan hingga berat yang dapat mengganggu homeostasis tubuh
sehingga individu berespon negatif. Kecemasan dapat menimbulkan berbagai macam
respon fisiologis pada tubuh antara lain sistem tubuh, perilaku, dan afektif :
Respon fisiologis tubuh terhadap
kecemasan (Stuart, 2007)
KARDIOVASKULER :
Palpitasi, jantung berdebar, tekanan
darah meningkat atau menurun, rasa ingin pingsan, denyut nadi menurun.
PERNAPASAN
:
Napas cepat, sesak napas, tekanan pada
dada, napas dangkal, sensasi tercekik, terengah-engah
NEUROMUSKULAR
:
Refleks meningkat, reaksi terkejut,
mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang,
kelemahan umum, tungkai lemah, gerakan yang janggal
GASTROINTESTNAL
:
Kehilangan nafsu makan, menolak makan,
rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual muntah, nyeri ulu hati,
diare
PERKEMIHAN :
Tidak dapat menahan kencing, sering
berkemih.
INTEGUMENT
:
Wajah kemerahan, berkeringat setempat
(telapak tangan) atau seluruh tubuh, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit,
wajah pucat.
PERILAKU
:
Gelisah, ketegangan fisik, tremor,
reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan
interpersonal atau dari masalah, sangat waspada, cenderung mengalami cedera.
KOGNITIF
:
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk
atau menurun, mudah lupa, hambatan berfikir, jalan persepsi menurun,
kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, takut kehilangan kendali,
kehlangan bjektivitas, mimpi buruk.
AFEKTIF
:
Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,
tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, khawatir, cemas, rasa bersalah,
malu.
Penilaian
Tingkat Kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat
kecemasan individu apakah termasuk tingkat ringan, sedang atau berat dapat
menggunakan beberapa alat ukur atau instrument yang biasa digunakan, antara
lain:
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya gejala pada
individu dewasa yang mengalami kecemasan secara umum. Skala tingkat kecemasan
HARS mengukur aspek kognitif dan afektif serta mengetahui sejauh mana derajat
atau tingkat kecemasan individu (Hawari, 2008). Pengukuran HARS terdiri dari 14
kelompok gejala:
PERASAAN
CEMAS : Cemas,
firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
KETEGANGAN : Merasa tegang, lesu, mudah
terkejut, tidak dapat istirahat dengan nyenyak, mudah menangis, gemetar,
gelisah.
KETAKUTAN : Pada gelap, ditinggal sendiri, pada
orang asing, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, pada kerumunan
banyak orang.
GANGGUAN
TIDUR : Sukar memulai
tidur, terbangun malam hari, tidak pulas, mimpi buruk, mimi yang menakutkan.
GANGGUAN
KECERDASAN : Daya
ingat buruk, sulit berkonsentrasi, sering bingung.
PERASAAN
DEPRESI : Kehilangan
minat, sedih, terbangun dini hari, berkurangnya kesukaan pada hobi, perasaan
beru-ubah sepanjang hari.
GEJALA
SOMATIK ATAU FISIK (OTOT-OTOT)
: Nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi gemeretak, suara tidak stabil.
GEJALA
SENSORIK : Telinga
berdengung, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan
seperti ditusuk-tusuk.
GEJALA
KARDIOVASKULER :
Denyut nadi cepat, berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah
seperti ingin pingsan, detak jantung hilang sekejap
GEJALA
PERNAPASAN : Rasa
tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek/sesak, sering menarik
nafas panjang
GEJALA
GASTROINTESTINAL :
Sulit menelan, mual muntah, berat badan menurun, konstipasi atau sulit buang
air besar, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum dan
sesudah makan, rasa panas di perut, perut terasa penuh atau kembung.
GEJALA
UROGENITALIA : sering
kencing, tidak dapat menahan kencing, amenorea atau menstruasi tidak teratur,
frigiditas.
GEJALA
VEGETATIVE ATAU OTONOM :
mulut kering, muka kering, mudah berkeringat, pusing atau sakit kepala, bulu
roma berdiri.
PERILAKU
: gelisah, tidak
tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi muka tegang, tonus atau ketegangan otot
meningkat, napas pendek dan cepat, muka merah.
No comments:
Post a Comment