18.4.13

Definisi Dan Konsep Kecemasan Pada Ibu Hamil


Defisi Kecemasan
Kecemasan atau ansietas adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan takut atau khawatir yang mendalam dan berkelanjutan namun tetap realistis, kepribadian tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas normal (Hawari, 2008). Kecemasan merupakan respon emosional dan efek negatif dari stress. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya atau ancaman sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai (Alwisol, 2004)

Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart (2007), ada 4 tingkat kecemasan atau rentang respon kecemasan yaitu :

Kecemasan Ringan
Suatu kecemasan yang masih ringan dan merupakan hal yang masih sehat dan wajar karena hal ini merupakan tanda keadaan jiwa dan tubuh manusia agar dapat mempertahankan diri dan lingkungan yang selalu berubah. Tingkat kecemasan ini umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan kondisi ini membantu individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsi.

Kecemasan Sedang Atau Moderate
Suatu kemampuan yang menyempit terjadi gangguan dan hambatan dalam mempertahankan maupun memperbaiki dirinya. Pada tingkat kecemasan ini individu lebih cenderung untuk memfokuskan terhadap hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain yang dianggap tidak penting sehingga mempersempit jalan persepsi individu tersebut. Diperlukan suatu pengarahan sehingga individu tidak mengalami perhatian yang selektif.

Kecemasan Berat
Pada cemas berat dapat mengurangi jalan persepsi individu dimana terdapat perasaan canggung dan kurang konsentrasi terhadap waktu atau perhatian, persepsi cenderung menurun serta kesulitan berkomunikasi. Pada tingkat kecemasan ini individu cenderung memusatkan pada hal lain seluruh perilaku individu tersebut hanya ditujukan untuk mengurangi rasa cemas sehingga memerlukan banyak pengarahan. Seluruh perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.

Kecemasan Sangat Berat Atau Panik
Individu cenderung sangat kacau sehingga dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Individu tidak mampu bertindak, berkomunikasi dan berfungsi secara aktif. Pada tingkat kecemasan ini mengancam pengendalian diri karena indivdu tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Berhubungan dengan kehilangan kontrol, kekuatan, dan terror. Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan walaupun dengan pengarahan karena kehilangan kendali. Pada keadaan panik akan terjadi peningkatan aktivitas motork, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menympang dan kehilangan pemikran yang rasional.

Mekanisme kecemasan
Rasa cemas merupakan respon dan efek negatif dari stress. Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi kecemasan merupakan stresor  yang dapat menurunkan sistem imunitas tubuh. Saat mengalami stres atau kecemasan yang berlebih, otak akan menstimulasi HPA-axis di korteks serebri yang akan mempengaruhi hipotalamus untuk mensekresikan CRF (corticotrophin releasing hormone). Selanjutnya hipotalamus akan memacu hipofisis anterior untuk memproduksi ACTH (adrenocorticotrophic hormone). Kemudian ACTH akan merangsang korteks adrenal untuk melepaskan hormon kortisol (hormon stress). Hormone kortisol dalam jumlah tinggi didalam aliran darah akan membuat produksi hormon di dalam tubuh menjadi tidak seimbang yang akan menekan sistem imun tubuh dan menimbulkan respon cemas maupun stress (Guyton & Hall, 1997). Mekansme respon tubuh terhadap cemas diawali dengan adanya rangsang yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh individu sendiri yang akan diteruskan pada sistem limbik sebagai pusat pengatur adaptasi (Amir, 2005). Dari sistem limbik akan diteruskan menuju amigdala dan hippocampus sebagai pusat pengatur emosi dan perasaan memori. Selanjutnya terjadi learning process individu akan bereaksi secara adaptif atau maladaptive sesuai dengan mekanisme koping yang dimiliki.

Penyebab Kecemasan
Menurut Stuart (2007) kecemasan disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
1.Faktor predisposisi
2.Teori psikoanalisis

Kecemasan dapat berasal dari dalam maupun luar dan muncul secara otomatis bila ndividu menerma stimulus atau rangsangan yang berlebihan dimana individu tersebut memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menanganinya. Kecemasan berfungsi untuk meningkatkan ego bahwa akaN ada bahaya.

Teori Interpersonal
Kecemasan muncul akibat penolakan dan ketakutan atau ketidakmampuan individu untuk berhubungan secara interpersonal. Hubungan interpersonal dini secara langsung dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri dan harga diri. Kecemasan berhubungan dengan perkembangan trauma dan individu yang memiliki harga diri rendah akan rentan mengalami kecemasan berat.

Teori Perilaku
Kecemasan diakibatkan oleh suatu rasa frustasi yang mempengaruhi kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang dinginkan. Bila ndividu sejak kecil sering dharapkan pada rasa takut yang berlebih maka saat dewasa lebih sering mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Kecemasan dan konflik memiliki hubungan timbale balik. Konflk akan menimbulkan kecemasan sebaliknya kecemasan akan menimbulkan perasaan tdak berdaya selanjutnya akan meningkatkan konflik yang dirasakan.

Teori Kekeluargaan
Teori ini menunjukkan pola interaksi yang terjadi dalam keluarga. Tiap keluarga selalu memilki kecemasan dan merupakan suatu hal yang umum dan mempunya sifat heterogen. Kecemasan yang terjadi menunjukkan pola interkasi yang tidak adaptifd dalam keluarga tersebut.

Teori Biologi
Pada otak terdapat reseptor spesifik untuk benzodiasen yaitu obat yang berguna untuk meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutrat (GABA) yang mengatur timbulnya suatu kecemasan. Kecemasan mungkin akan disertai dengan gangguan fisik dan menurunkan kemampuan individu mengatasi stresor baik dalam maupun dari luar.

Faktor Presipitasi :
Ancaman Terhadap Integritas Fisik
Hal ini dapat disebabkan oleh dua sumber yatu sumber eksternal dan internal. Sumber eksternal sendiri yaitu infeksi virus, bakteri, populasi lingkungan serta ancaman keselamatan dan injuri. Sedangkan sumber internal dapat bersumber dari kegagalan mekanisme fisik individu seperti sistem imun, jantung, maupun perubahan biologis sepert kehamilan.

Ancaman Terhadap Self Esteem (Sistem Diri)
Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terntegrasi pada individu yang bersumber baik dari sumber eksternal maupun internal. Sumber eksternal berasal dari kehilangan pasangan, orang tua, teman dekat, perceraian perubahan dalam status pekerjaan, tekanan sosial hngga kematian. Sedangkan sumber internal yatu kesulitan dalam hubungan interpersonal, menerima suatu peran baru misalnya peran sebagai orang tua, istri, dan sebagainya.

Mekanisme Koping Kecemasan
Individu akan menggunakan mekanisme koping untuk mengatasi atau menurunkan kecemasannya. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan akan menyebabkan perilaku yang patologis dan kecemasan akan semakin meningkat. Pada tingkat kecemasan ringan biasanya dapat diatasi dengan lebih mudah. Namun pada tingkat sedang, berat, dan panic maka ancaman terhadap ego akan semakin besar. Dalam mengatasi kecemasan individu dapat menggerakkan sumber koping yang berada pada lngkungannya. Sumber koping tersebut dapat berupa modal ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya yang dapat membantu indvidu untuk mengadopsi strategi koping yang berhasil. Sehingga dari respon psikologis yang positif diharapkan dapat memilik koping yang konstruktif sehingga dapat mengurangi kecemasan. Terdapat dua jenis mekanisme koping pada tingkat kecemasan yaitu (Stuart, 2007):

Reaksi yang berorientasi pada tugas yang merupakan upaya yang disadari serta berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi kecemasan secara realistis. Reaksi ini meliputi tiga cara yaitu:

Perilaku menyerang : yaitu perilaku yang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan individu. Reaksi ini memunculkan perilaku konstruktif dan destruktif. Perilaku konstruktif dapat berhasil menyelesaikan masalah namun perilaku destruktif ditunjukkan dengan perilaku negative atau agresif sehingga dapat mengancam atau menunggu hak orang lain.

Perilaku menarik diri : yaitu perilaku yang digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber ancaman baik secara fisik maupun psikis.

Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan oleh ndividu tersebut dengan mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal. Koping ini bersifat konstruktif dimana diharapkan akan dapat menurunkan atau mengatasi kecemasan.

Mekanisme pertahanan ego yang membantu mengatasi kecemasan rngan dan sedang. Mekanisme ini berlangsung secara relative pada tingkat tidak sadar yang mencakup penipuan diri dan distorsi realitas. Selain itu mekanisme ini dapat menjadi respon maladaptif terhadap kecemasan atau stres.

Respon Tubuh Terhadap Kecemasan
Respon tubuh terhadap kecemasan pada setiap individu tidaklah selalu sama, namun dapat dideteksi melalui perilaku yang dimunculkan oleh individu tersebut. Respon tubuh bermacam-macam melalui dari tingkat ringan hingga berat yang dapat mengganggu homeostasis tubuh sehingga individu berespon negatif. Kecemasan dapat menimbulkan berbagai macam respon fisiologis pada tubuh antara lain sistem tubuh, perilaku, dan afektif :

Respon fisiologis tubuh terhadap kecemasan (Stuart, 2007)

KARDIOVASKULER :
Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat atau menurun, rasa ingin pingsan, denyut nadi menurun.

PERNAPASAN :
Napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal, sensasi tercekik, terengah-engah

NEUROMUSKULAR :
Refleks meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai lemah, gerakan yang janggal

GASTROINTESTNAL :
Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual muntah, nyeri ulu hati, diare

PERKEMIHAN  :
Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.

INTEGUMENT :
Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan) atau seluruh tubuh, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat.

PERILAKU :
Gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal atau dari masalah, sangat waspada, cenderung mengalami cedera.

KOGNITIF :
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk atau menurun, mudah lupa, hambatan berfikir, jalan persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, takut kehilangan kendali, kehlangan bjektivitas, mimpi buruk.

AFEKTIF :
Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, khawatir, cemas, rasa bersalah, malu.


Penilaian Tingkat Kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan individu apakah termasuk tingkat ringan, sedang atau berat dapat menggunakan beberapa alat ukur atau instrument yang biasa digunakan, antara lain:
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya gejala pada individu dewasa yang mengalami kecemasan secara umum. Skala tingkat kecemasan HARS mengukur aspek kognitif dan afektif serta mengetahui sejauh mana derajat atau tingkat kecemasan individu (Hawari, 2008). Pengukuran HARS terdiri dari 14 kelompok gejala:

PERASAAN CEMAS : Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

KETEGANGAN : Merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak dapat istirahat dengan nyenyak, mudah menangis, gemetar, gelisah.

KETAKUTAN : Pada gelap, ditinggal sendiri, pada orang asing, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, pada kerumunan banyak orang.

GANGGUAN TIDUR : Sukar memulai tidur, terbangun malam hari, tidak pulas, mimpi buruk, mimi yang menakutkan.

GANGGUAN KECERDASAN : Daya ingat buruk, sulit berkonsentrasi, sering bingung.

PERASAAN DEPRESI : Kehilangan minat, sedih, terbangun dini hari, berkurangnya kesukaan pada hobi, perasaan beru-ubah sepanjang hari.

GEJALA SOMATIK ATAU FISIK (OTOT-OTOT) : Nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi gemeretak, suara tidak stabil.

GEJALA SENSORIK : Telinga berdengung, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan seperti ditusuk-tusuk.

GEJALA KARDIOVASKULER : Denyut nadi cepat, berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti ingin pingsan, detak jantung hilang sekejap

GEJALA PERNAPASAN : Rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek/sesak, sering menarik nafas panjang

GEJALA GASTROINTESTINAL : Sulit menelan, mual muntah, berat badan menurun, konstipasi atau sulit buang air besar, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, rasa panas di perut, perut terasa penuh atau kembung.

GEJALA UROGENITALIA : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, amenorea atau menstruasi tidak teratur, frigiditas.

GEJALA VEGETATIVE ATAU OTONOM : mulut kering, muka kering, mudah berkeringat, pusing atau sakit kepala, bulu roma berdiri.

PERILAKU : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi muka tegang, tonus atau ketegangan otot meningkat, napas pendek dan cepat, muka merah.


  Cara Mudah Cari Uang di Internet KLIK 

No comments:

Apa Yang Anda Cari ?