Psikodrama pada
awalnya diperkenalkan dan dikembangkan oleh Jacob L. Moreno, seorang Psikiater Dari Rumania. Kata ‘PSIKODRAMA “sering digunakan sebagai
istilah umum ketika berbicara tentang tindakan berbagai metode yang
dikembangkan J.L. Moreno. Drama dalam bahasa Yunani berarti aksi atau melakukan
sesuatu dengan dorongan jiwa. Jadi, psikodrama adalah ilmu yang mengeksplor
suatu masalah dengan metode drama.
Teknik ini
dikembangkan oleh JL. Moreno pada
tahun 1920 - 1930. Moreno mengungkapkan bahwa permainan drama pada psikodrama
ini tanpa naskah dan bagian-bagian yang tidak diulang adalah suatu katarsis
(bentuk mengekspresikan/meluapkan perasaan) ketika ia melakonkan suatu peran
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut beberapa
ahli, yaitu yang pertama menurut Bennet (Romlah
2001:99), Psikodrama merupakan bagian dari permainan peranan (role playing).
Bennet membagi permainan peranan menjadi dua macam yaitu sosiodrama dan
psikodrama. Sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk memecahkan
masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia.
Psikodrama merupakan
dramatisasi dari persoalan-persoalan yang berkaitan dengan gangguan serius
dalam kesehatan mental para partisipan, sehingga tujuannya ialah perombakan
dalam struktur kepribadian seseorang. Psikodrama biasanya dipentaskan secara
spontan tanpa skenario yang telah ditetapkan. Psikodrama bersifat kegiatan terapi
dan ditangani oleh seorang ahli psikoterapi.
Menurut J.L Moreno, Psikodrama adalah sebuah
bentuk pengembangan manusia dengan eksplorasi, melalui tindakan dramatis,
masalah, isu, keprihatinan, mimpi dan cita-cita tertinggi orang, kelompok,
sistem dan organisasi. Hal ini kebanyakan digunakan sebagai metode kerja
kelompok, di mana setiap orang dalam kelompok dapat menjadi agen penyembuhan (terapeutic agent) untuk
satu sama lain dalam kelompok.
Psikodrama ini
merupakan salah satu cara yang bisa digunakan sebagai media pengembangan
manusia (human development).
Dengan berakting dalam sebuah drama diharapkan hal ini akan dapat menyadarkan
seseorang (insight)
dan juga menggali (to
explore) permasalahan yang sedang dihadapinya. Berbagai isu (issue) atau masalah dan
kemungkinan pemecahannya dimainkan terasa lebih baik daripada sekedar
berbicara.
Psikodrama menawarkan
kesempatan untuk melatih dengan aman peranan baru, melihat diri sendiri dari
sisi luar, menumbuhkan insight
dan perubahan. Ada seorang pemimpin (director),
sebuah action area dan
para anggota kelompok.
Director mendukung kelompok untuk menggali (explore) solusi baru dari
masalah – masalah terdahulu, anggota kelompok berpartisipasi dalam drama
sebagai orang lain yang berarti dan saling berbagi cara mereka bagaimana
berhubungan secara pribadi dan bisa belajar dari masalah yang diajukan pada
akhir sesi.
Psikodrama merupakan
upaya untuk menciptakan restrukturisasi internal disfungsional pola pikir
dengan orang lain, dan menantang para peserta untuk menemukan jawaban baru
untuk beberapa situasi dan menjadi lebih spontan dan mandiri.
Meskipun penerapan
utama psikodrama secara tradisional sebagai bentuk psikoterapi kelompok, dan
sering didapati bahwa psikodrama didefinisikan sebagai “sebuah metode
psikoterapi kelompok,” hal ini merugikan kepada banyak kegunaan lain atau
fungsi-fungsi dari metode. Psikodrama secara lebih akurat didefinisikan sebagai
“sebuah metode komunikasi di mana komunikator mengekspresikan dirinya/dia/mereka
sendiri dalam tindakan”. Metode yang psikodramatis merupakan sumber penting
dari permainan peran (role
playing) banyak digunakan dalam bisnis dan industri. Psikodrama
menawarkan pendekatan yang sangat kuat untuk mengajar dan belajar, serta hubungan
timbal-balik pelatihan keterampilan. Teknik tindakan psikodrama juga menawarkan
cara untuk menemukan dan mengkomunikasikan informasi tentang kegiatan dan
situasi di mana komunikator telah terlibat.
Menurut Gerald Corey psikodrama merupakan
permainan peranan yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
memperoleh pengertian lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep pada
dirinya, menyatakan kebutuhannya-kebutuhannya, dan menyatakan reaksinya
terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya.
Tujuan dari
psikodrama ini adalah membantu konseli untuk mengatasi masalah-masalah pribadi
dengan cara menggunakan permainan peran, drama, atau terapi tindakan. Lewat
cara itu konseli dibantu untuk mengungkapkan perasaan tentang konflik, kemarahan,
agresi, perasaan bersalah dan kesedihan.
Jacob
Mareno
berpendapat teknik dramatik, manusia dapat berusaha menciptakan atau
menciptakan kembali suasana fisik dan emosional yang dikehendaki dan yang harus
dipahami adalah bahwa keaktifan dalam psikodrama tidak dimonopoli oleh konselor
atau terapis tetapi juga anak. Untuk memperoleh pengertian yang baik tentang
dirinya sehingga dapat menemukan konsep dirinya, kebutuhan-kebutuhannya dan
reaksi-reaksi terhadap tekanan yang dialaminya. Dengan mendramatisikan konflik-konflik
batinnya, pasien dapat merasa sedikit lega dan dapat mengembangkan pemahaman
(insight) baru yang memberi kesanggupan untuk mengubah perannya dalam kehidupan
yang nyata.
Sementara menurut Betary Maharani, Ada dua manfaat
penting dalam psikodrama. Pertama manfaat kartasis atau melepaskan emosi.
Manfaat kedua adalah bisa melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Dengan
mendramatisasikan konflik-konflik batinnya, pasien dapat merasa sedikit lega
dan dapat mengembangkan pemahaman (insight)
baru yang memberinya kesanggupan untuk mengubah perannya dalam kehidupan yang
nyata.
TEKNIK-TEKNIK DALAM PSIKODRAMA
Sebenarnya banyak teknik psikodrama, tetapi berikut ini
hanya beberapa teknik utama yang dikemukakan sebagai berikut :
CREATIVE
IMAGERY, teknik pemanasan untuk mengundang
peserta psikodrama membayangkan babak dan objek yang menyenangkan dan netral,
ide teknik ini membantu peserta menjadi lebih spontan.
THE MAGIC SHOP, teknik pemanasan yang berguna bagi protagonist yang ragu
tentang nilai mereka dan tujuan.
SCULPTING, konseli kelompok menggunakan metode nonverbal untuk
menyusun orang lain dalam kelompok konfigurasi seperti kelompok orang yang
signifikan yang sesuai dengan orang-orang dalam keluarganya dan sebagainya.
Penyusunan ini melibatkan postur tubuh dan membantu konseli melihat, mengetahui
persepsi mereka tentang orang lain yang signifikan dengan cara yang lebih
dinamis.
TEKNIK
BERBICARA, teknik ini melibatkan protagonist
memberi suatu monolog tentang situasinya.
MONODRAMA
(AUTODRAMA), bentuk inti terapi gestalt. Dalam
teknik ini, protagonist memainkan semua bagian tindakan yang jelas; tidak
terdapat ego pembantu yang digunakan.
THE DOUBLE AND
MULTIPLE DOUBLE TECHNIQUES, suatu teknik
yang terdiri atas pengambilan peran aktor dari ego protagonist dan membantu
protagonist mengekspresikan perasaan sesungguhnya secara lebih jelas. Jika protagonist
memiliki perasaan ragu, maka teknik multiple double dapat digunakan.
THE ROLE REVERSALS, teknik dimana protagonist memindahkan peran dengan orang
lain pada tahap dan memainkan bagian orang itu; konseli kelompok berbuat
bertentangan dengan apa yang mereka rasakan.
TEKNIK CERMIN, protagonist memperhatikan dari luar tahap sementara
seorang ego pembantu mencerminkan kata-kata, mimik, dan postur protagonist.
Teknik ini dipakai pada fase tindakan untuk membantu protagonist melihat
dirinya secara lebih akurat